Misteri Tentara Allah Berwujud Malaikat di Gaza




Kejadian – Kejadian Aneh Dan Misterius
Seputar Perang Gaza. Gaza, itulah nama
hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari
360 km persegi. Berada di Palestina
Selatan, “potongan” itu “terjepit”
di antara tanah yang dikuasai penjajah
Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania,
serta dikepung dengan tembok di sepanjang
daratannya.Sudah lama Israel “bernafsu”
menguasai wilayah ini. Namun, jangankan
menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja
Israel tidak mampu.
http://arabisraelireconciliation.files.wordpress.com/2009/02/gaza-foundation-for-arab-israeli-reconciliations.jpg
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk
menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat
yang membuat rakyat Gaza kesulitan
memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan
energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga
kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan,
bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis
semakin menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-
habisan” ke wilayah ini. Mereka
”mengguyurkan” ratusan ton bom dan


mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan
cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong
memiliki militer terkuat di dunia ini harus
mundur dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47,
roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa
jenis roket buatan lokal yang biasa
dipakai para mujahidin Palestina, tidak
akan mampu menghadapi pasukan Israel yang
didukung tank Merkava yang dikenal
terhebat di dunia. Apalagi menghadapi
pesawat tempur canggih F-16, heli tempur
Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan
Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang
membuat para mujahidin mampu membuat “kaum
penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka
tertunduk, walau hanya dengan berbekal
senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang diberikan kepada para pejuangnya yang
taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya
“pasukan lain” yang ikut bertempur bersama
para mujahidin, semerbak harum jasad para
syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh”
lainnya selama pertempuran, telah beredar
di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para
jurnahs, bahkan disiarkan para khatib
Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Wartawan kami, Thoriq, merangkum kisah-kisah
“ajaib” tersebut dari berbagai sumber
untuk para pembaca yang budiman. Selamat
mengikuti.

Pasukan ‘Berseragam Putih’ di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin
Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui




adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009,
sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang
berada di antara Jabal Al Kasyif dan
Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram,
didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan
duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak
laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri
para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis
situs Filisthin Al Aan, mengutip cerita
seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu
menjawab dengan jujur bahwa para pejuang
al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan
tetapi tentara itu malah marah dan
memukulnya hingga laki-laki malang itu
pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap
ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para
pejuang al-Qassam memakai seragam hitam.
Akhirnya, tentara itu naik pitam dan
mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong!
Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk
Palestina di situs milik Brigade
Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami,
juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang
tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan
dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel.
Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari
kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu
menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana.
Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih
bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-
putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok



mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia
tidak melihat seorangpun yang berada di
belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban
satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin yang
kali ini disebutkan oleh khatib masjid
Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza
yang telah ditayangkan oleh TV channel
Al Quds, yang juga ditulis oleh
Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam
dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad
Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad
Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang
telah menanam sebuah ranjau yang telah
disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis
yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya
kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan
sejumlah besar pasukan disertai tank-tank
yang beriringan menuju jalan tempat saya
menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk
kembali ke markas karena mengira ranjau
itu tidak akan bekerja optimal. Maklum,
jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan
lokasi, pejuang itu mendengar suara
“Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya
kurang lebih, “tetaplah di tempat maka
Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar
berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui
siapa yang mengatakan hal itu kapada saya.
Akan tetapi saya malah terkejut, karena
tidak ada seorang pun yang bersama saya,



” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan
sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk
tetap berada di lokasi. Ketika sebuah
tank melewati ranjau yang tertanam, sesuatu
yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru
meledak amat dahsyat. Tank yang berada di
dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu
Israel meninggal seketika. Sebagian dari
mereka harus diangkut oleh helikopter.
“Sedangkan saya sendiri dalam keadaan
selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui
lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang
penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs
alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah
sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang
pejuang yang melakukan ribath (berjaga)
mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan
tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada
seorang pun di sekitar, akan tetapi saya
mendengar suara orang yang bertasbih
dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba
untuk memastikan asal suara itu, akhirnya
saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar
kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal”
juga datang dari seorang penduduk rumah susun
wilayah Tal Islam yang handak mengungsi
bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri
dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang
menangis. “Kenapa kalian menangis?”
tanyanya. “Kami menangis bukan karena
khawatir keadaan diri kami atau takut dari
musuh. Kami menangis karena bukan kami yang
bertempur. Di sana ada kelompok lain
yang bertempur memporak-porandakan musuh,


dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,”
jawabnya

Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih”
tak hanya diungkap oleh mujahidin
Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel
pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV
Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan
seorang anggota pasukan yang ikut serta
dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam
keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang
tentara berpakaian putih mendatangi saya
dan menaburkan pasir di mata saya, hingga
saat itu juga saya buta,” kata anggota
pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang
mengatakan mereka pernah berhadapan dengan
“hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana
asalnya, kapan munculnya, dan ke mana
menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara
Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan
dengan pasukan berbaju putih-putih dengan
jenggot panjang. Kami tembak dengan
senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa.
Mereka bertanya kepada Channel 10,
siapa sebenarnya pasukan berseragam putih
itu?

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan
dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan
menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza



Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah.
Saat itu para mujahidin sedang memasang
ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba
sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki
mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun,
kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi
hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada
kesempatan lagi untuk menyambungnya,
karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel
mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau
tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-
tank itu malah berhenti tepat di atas
peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat
apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin
disambung, sementara tank-tank Israel telah
berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang
menangis ketika melihat pemandangan itu.
Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama
lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin
lahum,” yang maknanya, “Ya Allah,
sebagaimana engkau tidak memberikan
kesempatan kami menghadapi mereka,
jadikanlah mereka juga lidak memiliki
kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah
keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat
persis di lokasi penanaman ranjau yang
tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa
kerugian akibat ledakan lersebut, para
mujahidin segera melihal lokasi ledakan.
Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang
telah mereka tanam itu masih utuh. Dari




mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat
pasukan Israel menembakkan artileri ke
salah satu rumah, hingga rumah itu
terbakar dan api menjalar ke rumah
sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa
khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,
”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin
dan tidak membahayakan untuk Ibrahim,
padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun
padam. Para niujahidin menangis terharu
karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa
Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan
terkabulnya doa mereka dengan segera.

Merpati dan Anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah
“aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan.
Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang
mujahid melihat seekor merpati terbang dengan
suara melengking, yang melintas
sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di
wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati
itu langsung menangkap adanya isyarat yang
ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para mujahidin
langsung berlindung di tempat persembunyian
mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang
beberapa saat kemudian bom-bom Israel
datang menghujan. Para mujahidin itu pun
selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai
seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs
Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala




sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan
ribath di front pada tengah malam, tiba-
tiba muncul seekor anjing militer Israel
jenis doberman. Anjing itu kelihatannya
memang dilatih khusus untuk membantu pasukan
Israel menemukan tempat penyimpanan senjata
dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan
sikap tidak bersahabat. Salah seorang
mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan
berkata kepadanya, “Kami adalah para
mujahidin di jalan Allah dan kami
diperintahkan untuk tetap berada di
tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami,
dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua
tangannya dijulurkan ke depan dan diam.
Akhirnya, seorang mujahidin yang lain
mendekatinya dan memberinya beberapa korma.
Dengan tenang anjing itu memakan korma itu,
lalu beranjak pergi.

Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula kisah menarik yang disampaikan
oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp
pengungsian Nashirat, langsung setelah usai
shalat dhuhur di masjid Al Qassam.
Saat itu sekelompok mujahidin yang
melakukan ribath di Tal Ajul terkepung
oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus
mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus
mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit,
kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu.
Kabut itu lelah menutupi pandangan mata
tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin
keluar dari kepungan.



Kasus serupa diceritakan oleh Abu
Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan
Al Qassam, sebagaimana ditulis situs
almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut
tebal tiba-tiba turun dan membatu para
mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu
waktu yang tepat untuk mendekati
tank-tank tentara Israel guna meledakkannya.
“Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar
dimudahkan untuk melakukan serangan ini,
” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat
tersebut. Pasukan mujahidin segera
bergerak menyelinap di antara tank-tank,
menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan
segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui
pesawat mata-mata yang memenuhi langit
Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel
yang berada di sekitar kendaraan militer
itu. Lima tentara Israel tewas di tempat
dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-
ranjau itu meledak.

Selamat dengan al-Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang
pejuang yang menderita luka memasuki rumah
sakit As Syifa’. Seorang dokter yang
memeriksanya kaget ketika mengelahui ada
sepotong proyektil peluru bersarang di saku
pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah
panas itu gagal menembus jantung sang
pejuang karena terhalang oleh sebuah buku
doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada
di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya
sampul muka mushaf itu saja yang rusak,



sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah
“berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh
Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat
Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana
ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun.
Dr Hisam juga memperlihatkan bukti berupa
sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an,
serta buku kumpulan doa-doa berjudul
Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As
Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik.
Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3
rudalnya ke masjid itu hingga tidak
tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan.
“Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap
berada di tampatnya dan tidak tersentuh
apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka
tepat di ayat-ayat yang mengabarkan
tentang kemenangan dan kesabaran, seperti
firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar, yaitu
orang-orang yang apabila ditimpa
musibah mereka berkata, sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas
Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online.
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan
sniper (penembak jitu) al-Qassam yang
menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel
ketika sedang berada di pos keamanan di
Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan



pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang”
setelah terkena rudal. Selama dua hari
jasad tersebut dicari, ternyata sudah
hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala
dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu
kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke
rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis
situs syiria-aleppo. com, serpihan
jasad tersebut sempat disemayamkan di
sebuah ruangan di rumah keluarganya.
Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau
harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan
tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu
memberitahukan kepada orang-orang yang
mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah
(julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi
rumah tersebut untuk mencium bau harum yang
berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang
diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari
setelah wafatnya pria yang tak suka
menampakkan amalan-amalannya ini, bau
harum itu kembali semerbak memenuhi rungan
yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada
jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid
Al Qassam yang juga syahid karena
serangan udara Israel di Nashiriyah.
Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang
bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum
dari sepotong kain yang terkena darah Musa
Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci
berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad
Husain, menyaksikan sendiri harumnya



jenazah para syuhada. Sebagaimana dilansir
situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada
di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah
mengunjungi sebagian besar kota dan
desa-desa. Saya ingin melihat
bangunan-bangunan yang hancur karena
serangan Israel. Percayalah, bahwa saya
mencium bau harumnya para syuhada.”

Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir

Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza
dalam rangka bergabung dengan sayap milisi
pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam.
Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang
Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka
beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal
al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda
huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza
dan bergabung dengan para mujahidin untuk
memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk
Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu
sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar
memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat
diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah
memperoleh apa yang ia cita-citakan.
Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan
pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa
dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di
medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para
pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi
menyaksikan bahwa darah segar pemuda
berumur 21 tahun itu masih mengalir dan
fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip




seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah
menawarkan kepadanya untuk menikah
dengan salah satu gadis Palestina,
namun ia menolak. “Saya meninggalkan
keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang
lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda
yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di
kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga
menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat
mereka atas tanda-tanda keajaiban perang
Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)

Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu.
Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan
kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza
atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya,
terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama
22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil
ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan
Sosial dalam Kementerian Kesehatan
pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22
hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka
lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga
17 Januari 2009, ketika Is*rael melakukan
serangan yang menyebabkan meninggalnya
1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan
anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka
kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan
sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus
kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam
satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000
kelahiran. Akan tetapi di masa serangan




Israel 22 hari, kami mencatat 3.700
kelahiran dan pada sisa bulan Januari
tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam
bulan Januari terjadi peningkatan
kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada
islamonline.net.
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza
memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya
lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang
kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan
anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza.
Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah
dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita
mengalami luka-luka,” ungkapnya.
---------------------------------------------

Cek di TKP-nya

Share



0 komentar: